Selamat datang di situs resmi MWC NU Gempol, ini adalah Situs resmi sebagai sarana informasi seputar MWCNU Gempol

GENERASI TANGGUH " Melindungi diri dari Jerat Bullying dan Dampak Penyalahgunaan Narkoba

GENERASI TANGGUH 

" Melindungi diri dari Jerat Bullying dan Dampak Penyalahgunaan Narkoba"

 

LakpesdamNU Gempol, 30 Nopember 2025

LakpesdamNU Gempol, Telah melaksanakan DIALOG PANEL “Generasi Tangguh di Era Digital” untuk Cegah Bullying dan Penyalahgunaan Narkoba, dalam agenda kegiatan yang di gagas oleh Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) merupakan lembaga yang bergerak untuk memberdayakan sumber daya warga NU khususnya dan warga masyarakat pada umumnya. Upaya ini di lakukan untuk memberikan edukasi mendalam serta dalam rangka membentengi generasi "Z" generasi muda saat ini terutama pada maraknya digital. oleh karena itu, sangat penting untuk di galakkan dengan intesitas tinggi serta perlu adanya dukungan penuh dalam rangka membangun genarasi emas dan tangguh dalam menghadapi segala tantangan pada masa mendatang. menurut  prespektif Ginsburg, Masten, dan Gatz bahwa urgensi mempersiapkan generasi tangguh menghadapi transformasi zaman ditinjau dari aspek ketahanan mental, moral, spiritual, dan intelektual terintegrasi dengan pemahaman yang mendalam tentang diri anak dan remaja dengan dunia sekitarnya. Ketahanan mental, moral, spiritual, dan intelektual memerlukan bimbingan orang tua agar anak dan remaja dapat mengembangkan nilai moral, penguatan spiritual, dan stimulus intelektual. Dengan demikian, terbentuk karakter yang kokoh, berkontribusi positif bagi sesama, dan mampu beradaptasi, sehingga kemampuan mengelola emosi, menjadi integritas moral, tanggung akan stres, dan kreativitas. 

Lakpesdam NU Gempol yang di nahkodai DIDIK PURWANTO, SE. Telah sukses melaksanakan terobosan baru dengan menghadirkan peserta dari berbagai elemen masyarakat dalam bingkai kolaborasi dan bekerjasama dengan segmen kelembagaaan baik dalam naungan MWCNU Gempol maupun masyarakat umum dalam hal ini para generasi muda pada lingkungan pelajar dan organisasi kepemudaan. 

Pada dialog kali ini Lakpesdam NU Gempol yang di moderatori oleh : Alfiarista Putri Andreani, SH., MH,. menghadirkan dua panelis sebagai narasumber yaitu : 
  1. Arif Andi Hisbudin, S. Kom,. yang mana beliau adalah Kasubbag BNNK Pasuruan
  2. Fatikh Inayahatur Rahma, S. Si., M. Pd ( Akademisi )  
Empat masalah telah dipaparkan oleh keduanya dalam dialog panel, yakni sebagai gambaran permasalahan yang sering terjadi pada era belakangan ini, terutama yang dilatar belakangi oleh lingkungan keluarga yang kurang sehat dalam controling serta edukasi bahwa pentingya pendekatan dan posisi keluarga pada anak pada ketahanan mental, spiritual, serta emosional karakter intelektualitas dalam pengembangan moral positif pada generasi muda. 


Generasi Tangguh di Era Di Gital
Dalam penelitian The Importance of Resilient Children In a Digital Age , Generasi tangguh sangat penting di era digital untuk menghadapi tantangan seperti banjir informasi palsu, cyberbullying, dan ketergantungan teknologi, sehingga mampu memanfaatkan peluang inovasi secara bijak. Literasi digital menjadi fondasi utama, membekali generasi muda dengan kemampuan berpikir kritis, etika beronline, dan kemandirian belajar. 
        “There appears to be a range of factors that may contribute to resilience in children across different social ecological domains. At an individual level, factors such as emotion regulation, cognitive skills, empathy or a positive outlook have been associated with resilient outcomes.”
Tampaknya terdapat berbagai faktor yang dapat berkontribusi terhadap ketahanan anak di berbagai ranah ekologi sosial. Pada tingkat individu, faktor-faktor seperti regulasi emosi, keterampilan kognitif, empati, atau pandangan positif telah dikaitkan dengan hasil ketahanan. " 
Sehingga Tantangan utama termasuk kesenjangan akses teknologi dan paparan konten berbahaya, yang diatasi melalui kolaborasi sekolah, orang tua, dan komunitas. Penguatan literasi digital juga membangun ketahanan mental terhadap tekanan media sosial.

1. Bentuk - bentuk Bullying di sekolah dan lingkungan sosial 

Bullying di sekolah dan lingkungan sosial mencakup berbagai bentuk perundungan yang merugikan korban secara fisik, emosional, atau sosial, sering kali berulang dan disengaja. Bentuk-bentuk ini dapat terjadi langsung maupun tidak langsung, termasuk melalui media digital. 
  • Verbal: Mengucapkan ejekan, julukan buruk, ancaman, atau gosip yang merendahkan, sering dianggap sebagai "candaan" oleh pelaku.​ 
  • Fisik: Melibatkan kontak langsung seperti memukul, mendorong, mencubit, menjambak, atau merusak barang milik korban.​ 
  • Sosial/Relasional: Mengucilkan, menyebarkan rumor, atau memanipulasi kelompok untuk mengekslusif korban dari lingkungan pertemanan.​ 
  • Cyberbullying: Perundungan melalui media sosial, seperti komentar menghina, penyebaran foto memalukan, atau ancaman online.  
        Bentuk Lain : 
  • Seksual: Pelecehan seperti menyentuh bagian tubuh tanpa izin, lelucon seksual, atau pemaksaan konten pornografi.​ 
  • Finansial: Memaksa korban menyerahkan uang atau barang berharga dengan ancaman.​ 
  • Nonverbal/Prejudicial: Gestur merendahkan, tatapan sinis, atau ejekan berdasarkan ras, suku, atau latar belakang. 
2. Dampak psikologis dan sosial dari perundungan dan pencegahannya

Perundungan (bullying) menyebabkan dampak psikologis serius seperti stres, kecemasan, depresi, rendah diri, dan risiko bunuh diri pada korban, serta merusak harga diri jangka panjang. Secara sosial, korban mengalami isolasi, kesulitan membentuk hubungan, dan masalah interaksi karena trust issue, sementara pelaku kehilangan empati dan cenderung agresif. 
a. Dampak Psikologis 
Korban sering merasa takut berinteraksi, mengalami trauma dengan kilas balik atau mimpi buruk, serta rentan penyalahgunaan zat adiktif untuk mengatasi kecemasan. Pelaku mengembangkan perilaku impulsif dan gangguan mental karena kurangnya konsekuensi, yang memperburuk empati mereka. Dampak ini bisa berlangsung seumur hidup tanpa intervensi dini.​ 
b. Dampak Sosial 
Bullying menciptakan permasalahan sosial seperti pengucilan dan kehilangan teman, membuat korban sulit beradaptasi di lingkungan sekolah atau masyarakat. Pelaku berisiko tinggi terlibat kekerasan lebih lanjut dan isolasi karena reputasi buruk. Secara keseluruhan, hal ini merusak dinamika kelompok dan keharmonisan sosial.​ 
Pencegahan Efektif 
Ciptakan lingkungan positif melalui budaya inklusif, pelatihan keterampilan sosial-emosional, dan pengelolaan konflik damai di sekolah. Libatkan orang tua dengan edukasi anti-bullying, terapkan aturan tegas dengan sanksi, serta kampanye kesadaran untuk monitoring online dan offline. Dorong pelaporan dini dan konseling untuk korban serta pelaku guna membangun empati.

3. Bahaya Narkoba serta Pola penyagunaan dikalangan Remaja

Narkoba menimbulkan bahaya serius bagi remaja, termasuk kerusakan otak permanen, gangguan jantung, paru-paru, dan risiko overdosis mematikan, serta menurunkan prestasi akademik melalui kesulitan konsentrasi dan bolos sekolah. Pola penyalahgunaan sering dimulai dari rasa ingin tahu, tekanan teman sebaya, atau pelarian dari stres, dengan konsumsi melalui hisap, suntik, atau pil yang menyebabkan ketergantungan cepat. Dampak mental meliputi depresi, kecemasan, psikosis, dan perubahan perilaku agresif, sementara sosial mencakup kerusakan hubungan keluarga serta keterlibatan kriminal. 
Penggunaan narkoba merusak organ vital seperti otak (halusinasi, kehilangan ingatan), jantung (aritmia, serangan jantung), dan meningkatkan risiko HIV/AIDS dari jarum suntik bersama. Secara mental, remaja rentan skizofrenia, paranoia, dan bunuh diri karena gangguan neurotransmitter otak yang masih berkembang. Efek jangka panjang menghambat perkembangan fisik dan kognitif secara permanen. 
Remaja sering mencoba narkoba di lingkungan sekolah atau pesta melalui hisap ganja/heroin, pil ekstasi, atau suntik sabu untuk euforia sementara, dipicu peer pressure atau masalah rumah tangga. Pola ini berkembang menjadi ketergantungan harian, dengan pencurian atau prostitusi untuk membeli zat, serta penurunan motivasi belajar. Akses mudah via media sosial mempercepat penyebaran di kalangan Gen Z.
Hubungan keluarga retak akibat konflik dan kebohongan, teman menjauh karena agresivitas, serta risiko putus sekolah yang menghancurkan masa depan karir. Pelaku cenderung terjerat kriminalitas seperti perdagangan narkoba, memperburuk stigma sosial dan isolasi. Pencegahan memerlukan edukasi dini, pengawasan orang tua, dan rehabilitasi BNN. 

4. Upaya Pencegahan dan Pendampingan bagi korban maupun Pelaku

Upaya pencegahan bullying di sekolah melibatkan pembentukan tim khusus seperti Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) yang bertugas mengidentifikasi kasus, menyusun strategi, dan melakukan sosialisasi kepada siswa, guru, dan orang tua. Program edukasi seperti pelatihan agen perubahan (ROOTS) dan kampanye anti bullying melalui media sosial dan poster juga efektif meningkatkan kesadaran akan bahaya bullying dan menciptakan lingkungan sekolah yang aman serta kondusif. 

Pendampingan Bagi Korban maupu Pelaku
Pendampingan bagi korban meliputi layanan konseling psikologis untuk membantu pemulihan trauma, pembangunan rasa percaya diri, serta pembelajaran keterampilan sosial untuk reintegrasi di lingkungan sekolah. Sedangkan pelaku perlu diberikan bimbingan perilaku, edukasi tentang dampak bullying, dan pengembangan empati agar perubahan perilaku dapat terjadi. Fasilitas layanan konseling dan psikolog pendidikan menjadi kunci supaya penanganan bullying tidak hanya bersifat represif tapi juga preventif dan suportif. 

Strategi Pencegahan
Penciptaan budaya inklusif dan program pembinaan karakter dengan nilai kesetaraan, penghargaan, dan toleransi penting untuk mengurangi risiko bullying. Sekolah perlu melibatkan orang tua dalam sosialisasi dan melaksanakan aturan tegas dengan sanksi bagi pelaku bullying. Monitoring dan kanal pelaporan digital mempercepat penanganan kasus serta mendorong pelaporan yang aman dan tanpa takut. 

Kesimpulan pada DIALOG PANEL tentang Generasi Tangguh di Era Digital pada upaya perlindungan dan pencegahannya adalah membangun generasi tangguh di era digital krusial untuk melindungi diri dari jerat bullying di sekolah dan lingkungan sosial, melalui penguatan literasi digital, ketahanan mental, dan keterampilan sosial yang memungkinkan remaja menyaring ancaman cyberbullying serta menanggapi dengan bijak.​ Strategi Perlindungan Diri Generasi tangguh menerapkan literasi digital untuk mengenali bentuk bullying verbal, fisik, sosial, atau cyber, serta membatasi paparan dengan pengaturan privasi media sosial, blokir pelaku, dan simpan bukti untuk pelaporan. Pendidikan karakter dan program seperti ROOTS membekali mereka dengan empati, pengelolaan emosi, dan pelaporan dini ke guru atau orang tua, mencegah eskalasi ke dampak psikologis seperti depresi.​ Peran Pencegahan Kolektif Kolaborasi sekolah melalui TPPK, orang tua via pengawasan online, dan komunitas dengan kampanye anti-bullying menciptakan lingkungan inklusif, di mana remaja tangguh menghindari peer pressure narkoba atau isolasi sosial akibat perundungan. Pendampingan korban via konseling dan pelaku melalui bimbingan empati memutus siklus kekerasan, memastikan generasi muda memanfaatkan digital untuk inovasi positif bukan kehancuran. 

#mwcnugempol.or.id
#Lakpesdam NU Gempol, 30 Nopember 2025
#kaderpenggeraknugempol.or.id

1 تعليقات

إرسال تعليق

أحدث أقدم